Parenting
Ini Dampak Jangka Panjang pada Anak Jika Memiliki Orang Tua Pemarah, Jangan Sampai Kamu Menyesal Cantiks
JAKARTA, KUCANTIK.COM – Tumbuh besar dengan orang tua yang pemarah adalah traumatis, dan trauma tersebut dapat bermanifestasi secara berbeda pada setiap orang. Bagi kebanyakan individu, trauma tersebut akan berlanjut hingga dewasa. Pribadi yang memiliki orang tua dengan masalah pada manajemen kemarahan, lebih berisiko mengalami depresi dan mengalami isolasi sosial serta kekerasan dalam rumah tangga di masa dewasa.
Tentu saja, orang tua yang marah memiliki dampak terbesar pada anak-anak mereka. Anak-anak membutuhkan kesabaran dan pengertian saat mereka memahami dunia di sekitar mereka.
Sering marah kepada anak-anak dapat merusak hubungan kita dengan mereka, atau bahkan hubungan kita dengan pasangan. Bahkan dalam beberapa kasus, dampaknya tidak dapat dipulihkan, dan hubungan tersebut tidak dapat diperbaiki.
Reaksi Anak Terhadap Orang Tua yang Suka Marah:
1. Ketakutan dan Kecemasan
Banyak anak merasa takut atau cemas ketika orang tua mereka sering marah. Mereka mungkin merasa tidak aman dan khawatir akan mendapat hukuman atau disalahkan. Rasa takut ini dapat membuat anak menjadi pendiam, menutup diri, atau bahkan menghindari orang tua mereka untuk mengurangi kemungkinan dimarahi. Jika berlangsung terus-menerus, ketakutan ini dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan mental anak, seperti stres dan kecemasan jangka panjang.
2. Menunjukkan Perlawanan
Sebagian anak mungkin merespons dengan sikap membangkang atau perlawanan terhadap orang tua yang suka marah. Mereka bisa menjadi keras kepala, berdebat, atau menunjukkan sikap tidak patuh sebagai bentuk perlawanan terhadap kemarahan orang tua. Reaksi ini sering muncul sebagai upaya anak untuk membela diri dan mendapatkan perhatian bahwa mereka juga memiliki hak untuk didengarkan.
3. Menarik diri dan Menjadi Pemalu
Reaksi lain yang sering terlihat adalah anak menarik diri dari orang tua dan menjadi lebih pemalu. Mereka mungkin enggan untuk berbicara, berdekatan, atau berbagi cerita karena takut dimarahi lagi. Sikap ini bisa menyebabkan hubungan yang renggang antara anak dan orang tua, serta menghambat proses komunikasi dan kepercayaan.
4. Menunjukkan Perasaan dan Ekspresi Emosi
Beberapa anak mampu mengekspresikan perasaan mereka secara terbuka, seperti merasa sedih, kecewa, atau marah. Mereka mungkin menangis, marah balik, atau menunjukkan ekspresi emosional lainnya sebagai bentuk pelampiasan perasaan mereka terhadap kemarahan orang tua. Jika anak diajarkan cara mengekspresikan emosi secara sehat, ini bisa menjadi peluang untuk membangun komunikasi yang lebih baik.
5. Dampak Jangka Panjang
Reaksi anak terhadap orang tua yang sering marah tidak hanya mempengaruhi hubungan saat ini, tetapi juga dapat berdampak jangka panjang. Anak yang terbiasa merasa takut atau cemas mungkin mengalami kesulitan dalam membangun hubungan sosial, memiliki kepercayaan diri rendah, atau mengalami masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan di kemudian hari.
Apa yang Dapat Dilakukan Orang Tua untuk Menghindari Trauma Pada Anak:
Orang tua yang memiliki masalah manajemen kemarahan perlu segera mendapatkan bantuan. Karena dapat dipastikan bahwa kemarahan kamu akan merugikan anak-anak dan keluarga. Jika Cantiks adalah orang tua yang memiliki masalah kemarahan, segera cari konseling profesional. Seorang terapis akan membantu Cantiks memahami kemarahan, mengidentifikasi pemicunya, dan mempelajari mekanisme penanganan untuk tetap tenang.
Reaksi anak terhadap orang tua yang suka marah sangat beragam dan dipengaruhi oleh banyak faktor. Penting bagi orang tua untuk menyadari dampak dari kemarahan mereka terhadap anak dan berusaha menciptakan suasana keluarga yang penuh kasih dan pengertian. Dengan komunikasi yang baik dan pengelolaan emosi yang sehat, hubungan antara orang tua dan anak dapat menjadi lebih harmonis, mendukung perkembangan anak yang optimal dan membangun kepercayaan yang kuat di dalam keluarga.