News

Jum'at, 11 Jul 2025, 12:45 WIB

10 Menit Terakhir Juliana Marins di Gunung Rinjani Terungkap! Autopsi Kedua Brasil Bongkar Kebenaran Tragis

10 Menit Terakhir Juliana Marins di Gunung Rinjani Terungkap! Autopsi Kedua Brasil Bongkar Kebenaran Tragis

Doc: Antara Foto

JAKARTA, KIUCANTIK.COM - Brasil akhirnya mengumumkan hasil autopsi kedua atas Juliana Marins, perempuan muda asal Niterói yang meninggal dunia setelah terjatuh di dekat kawah Gunung Rinjani, Indonesia. Hasil autopsi yang dirilis oleh otoritas Brasil mengungkapkan bahwa Juliana diperkirakan bertahan hidup selama 10 hingga 15 menit setelah jatuh, meskipun ia tidak mampu bergerak atau memberikan respons apapun.

Dikutip dari O Globo Brasil, laporan terbaru ini mengonfirmasi bahwa Juliana mengalami luka fatal akibat benturan hebat, yang menyebabkan kegagalan organ secara progresif. Dokumen dari Kepolisian Sipil Brasil juga menyebutkan adanya kemungkinan 'periode agonal', yakni fase di antara trauma berat dan kematian, yang ditandai dengan stres ekstrem pada tubuh.

Luka Fatal dan Derita Sebelum Kematian

Menurut hasil autopsi pertama yang dilakukan di Indonesia, serta laporan terbaru dari Brasil, para ahli meyakini bahwa Juliana mengalami cedera parah akibat trauma benda tumpul, yang menyebabkan perdarahan internal dan kerusakan organ. Diperkirakan, ia meninggal dalam waktu kurang dari 20 menit setelah jatuh, meskipun bantuan medis baru tiba hampir 90 jam setelah insiden tersebut.

Kematian Juliana terjadi pada 21 Juni 2025, saat ia tengah mendaki Gunung Rinjani bersama teman-temannya. Setelah terjatuh dari tebing yang curam, Juliana masih sadar dan hidup, namun tidak ada tim penyelamat yang segera datang. Baru pada 25 Juni, setelah berhari-hari penantian, jenazah Juliana dievakuasi dari lokasi kejadian dengan bantuan relawan dan tim SAR setempat.

Kontroversi Keterlambatan Penyelamatan

Kematian Juliana ini telah memicu kontroversi di kalangan keluarganya dan masyarakat Brasil. Keluarga almarhumah menuduh pihak berwenang Indonesia lalai dalam menangani proses penyelamatan. Mereka mengecam keterlambatan operasi yang menyebabkan Juliana harus bertahan dalam kondisi yang semakin memburuk tanpa bantuan yang memadai.

Pihak berwenang Indonesia, dalam beberapa kesempatan, memberikan penjelasan terkait kendala operasional dan geografi yang sulit diakses di sekitar Gunung Rinjani. Namun, keterlambatan evakuasi ini tetap menjadi sorotan serius dalam peristiwa tragis ini.

Menghormati Juliana: Nama Dikenang di Pantai Sossego

Untuk menghormati jasa dan kenangan Juliana, Pemerintah Kota Niterói, wilayah tempat asalnya, menggelar upacara peresmian plakat yang bertuliskan nama Juliana Marins di Camboinhas, sebuah kawasan wisata yang terkenal. Selain itu, Pantai Sossego, yang terletak di daerah yang sama, juga diganti namanya menjadi "Pantai Juliana Marins" sebagai bentuk penghormatan kepada perempuan muda yang meninggal dalam keadaan tragis ini.

Kisah Juliana Marins kini tidak hanya menjadi sebuah tragedi, tetapi juga menjadi simbol keberanian dalam menghadapi risiko alam. Kepergiannya yang mendalam di hati keluarganya dan masyarakat luas, serta ketidakberdayaannya dalam menghadapi keterlambatan penyelamatan, meninggalkan kesan mendalam tentang pentingnya respons cepat dalam situasi darurat.

Beri komentar, dan mulailah diskusi bersama kami
Tulisan Terkait
TERUPDATE