Health

Selasa, 10 Jun 2025, 17:00 WIB

Benarkah Autisme Meningkat Drastis? Ini Fakta Sebenarnya yang Wajib Kamu Tahu!

Benarkah Autisme Meningkat Drastis? Ini Fakta Sebenarnya yang Wajib Kamu Tahu!

Doc: Atrium Health

JAKARTA, KUCANTIK.COM - Cantiks, belakangan ini media sosial lagi ramai banget dengan obrolan seputar autisme. Banyak banget pengguna yang terbuka soal pengalaman mereka didiagnosis dengan kondisi neurodevelopmental ini.

Tapi, di tengah meningkatnya kesadaran dan penerimaan terhadap autisme, muncul juga perdebatan soal satu hal penting: apakah autisme memang sedang meledak jumlahnya?

Pernyataan mengejutkan datang dari Menteri Kesehatan AS, Robert F. Kennedy Jr., yang menyebut autisme sebagai “epidemik” dan mengatakan jumlah kasusnya meningkat dengan "kecepatan yang mengkhawatirkan." Waduh!

Pernyataan itu didasari laporan terbaru dari CDC (Centers for Disease Control and Prevention) yang menyebut 1 dari 36 anak di Amerika kini terdiagnosis autisme, naik dari 1 dari 44 anak di tahun 2021, seperti dilansir Medical News Today. 

Tapi, benarkah ini berarti ada krisis kesehatan besar? Yuk, kita kulik bareng dokter keluarga tersertifikasi, David Cutler, MD, dari Providence Saint John’s Health Center di Santa Monica, California.

Menurut Dr. Cutler, peningkatan jumlah diagnosis ini sebenarnya lebih disebabkan oleh diagnosis yang makin baik dan luas, bukan karena autisme tiba-tiba menjangkiti lebih banyak anak. Perubahan definisi autisme jadi salah satu penyebab utamanya, Cantiks.

Sejak tahun 2013, istilah “autism spectrum disorder” (ASD) dipakai untuk mencakup berbagai kondisi, termasuk Asperger dan gangguan perkembangan lainnya yang dulu dianggap terpisah. Artinya, orang-orang dengan gejala ringan yang dulu nggak dianggap "cukup parah" buat didiagnosis autisme, sekarang justru masuk kategori ASD.

Selain definisi yang meluas, kemajuan teknologi dan kesadaran juga punya peran besar, lho. Mulai tahun 2006, Akademi Pediatri Amerika sudah merekomendasikan screening rutin untuk autisme sejak usia 18 bulan! Ini bikin banyak anak bisa didiagnosis lebih cepat, bahkan sebelum gejalanya parah.

Dan jangan lupakan kekuatan edukasi. Sekarang, orang tua, guru, sampai tenaga medis jauh lebih sadar soal tanda-tanda autisme. Dulu, banyak anak perempuan atau kelompok minoritas yang gejalanya nggak kelihatan “klasik” sering luput dari diagnosis. Tapi sekarang? Mereka lebih punya akses untuk pemeriksaan dan dukungan.

Lalu, Apakah Genetik atau Lingkungan yang Jadi Penyebab?

Nah, soal ini, Kennedy juga sempat bilang bahwa penyebab utama autisme “pasti” karena paparan lingkungan seperti racun. Tapi faktanya nggak sesimpel itu.

Dr. Cutler menjelaskan bahwa faktor genetik masih jadi penyebab utama autisme. Banyak studi menunjukkan autisme bisa menurun dalam keluarga.

Contohnya, studi tahun 2015 yang meneliti kembar identik menunjukkan pengaruh genetik sangat kuat. Dan studi lanjutan di tahun 2019 juga menemukan kalau satu anak dalam keluarga didiagnosis autisme, adik atau kakaknya punya kemungkinan tinggi juga mengalaminya.

Tapi bukan berarti lingkungan nggak berperan sama sekali ya, Cantiks. Beberapa faktor seperti usia orang tua saat hamil, paparan bahan kimia tertentu, atau komplikasi saat lahiran juga bisa jadi faktor risiko tambahan.

Peningkatan jumlah diagnosis autisme bukan berarti kita sedang hadapi "epidemik" baru, melainkan bukti bahwa dunia medis makin canggih, inklusif, dan memahami keberagaman manusia dengan lebih baik. Anak-anak dari berbagai latar belakang kini lebih mudah terdeteksi, mendapat bantuan, dan berkembang sesuai kebutuhannya.

“Peningkatan diagnosis ini mencerminkan kemajuan dalam memahami dan mengenali autisme, bukan krisis baru,” tegas Dr. Cutler.

So, Cantiks, yuk tetap jadi generasi yang peduli dan berempati! Autisme bukan sesuatu yang harus ditakuti, tapi dimengerti dan diterima. 

Beri komentar, dan mulailah diskusi bersama kami
Tulisan Lainnya dari Nayla Shabrina
ARTIKEL TERKAIT