News
Dibayar Rp10 Juta Sehari, Inilah Sosok 'Misri' di Balik Pesta Tragis Brigadir Nurhadi!
JAKARTA, KUCANTIK.COM - Pada pertengahan April 2025, nama Misri Puspita Sari, perempuan muda asal Banjarmasin, mendadak menjadi sorotan setelah terseret dalam kasus kematian Brigadir Muhammad Nurhadi, anggota Bidpropam Polda NTB. Bersama dua perwira polisi, yaitu Kompol I Made Yogi Purusa Utama dan Ipda Haris Chandra, Misri akhirnya ditetapkan sebagai tersangka.
Awal Pertemuan dan Tawaran Rp?10?Juta
Perjalanan ini bermula dari perkenalan singkat Misri dengan Kompol Yogi di Jakarta pada 2024. Meskipun hanya sekadar saling follow di media sosial, hubungan itu berkembang hampir setahun kemudian ketika pada 15 April 2025, Yogi menghubungi Misri yang kebetulan sedang berada di Bali. Melalui Instagram dan WhatsApp, Yogi menawarkan paket liburan ke Gili Trawangan dengan bayaran Rp?10?juta untuk satu malam, lengkap dengan transportasi dan akomodasi.
Awal Pertemuan dan Tawaran Rp?10?Juta
Perjalanan ini bermula dari perkenalan singkat Misri dengan Kompol Yogi di Jakarta pada 2024. Meskipun hanya sekadar saling follow di media sosial, hubungan itu berkembang hampir setahun kemudian ketika pada 15 April 2025, Yogi menghubungi Misri yang kebetulan sedang berada di Bali. Melalui Instagram dan WhatsApp, Yogi menawarkan paket liburan ke Gili Trawangan dengan bayaran Rp?10?juta untuk satu malam, lengkap dengan transportasi dan akomodasi.
Ketibaan di Lombok dan Persiapan Pesta
Keesokan harinya, 16 April 2025, Misri menyeberang dari Bali ke Lombok menggunakan speedboat yang dipesan Yogi. Setiba di Pelabuhan Senggigi, ia dijemput oleh Brigadir Nurhadi sebagai sopir, kemudian bertemu dengan Yogi, Ipda Haris, dan seorang LC lainnya bernama Putri. Selama perjalanan menuju Teluk Nare, Misri mengonsumsi tiga butir riklona obat penenang, sementara Putri mengonsumsi dua biji; obat-obatan tersebut dibeli atas instruksi Yogi dan dengan uang transfer dari Yogi ke teman Misri.
Pesta di Villa Tekek
Setibanya di Gili Trawangan sekitar pukul 15.30 WITA, rombongan bermalam di dua tempat: Misri bersama Yogi di Villa Tekek, sedangkan Haris, Nurhadi, dan Putri menginap di hotel terdekat. Malam itu, mereka berkumpul di tepi kolam vila untuk berpesta mengonsumsi riklona, ekstasi (inex), dan Tequila (oleh Haris dan Nurhadi). Suasana riang berubah menegangkan ketika efek obat dan alkohol mulai kentara.
Saat Tragis di Kolam
Pukul 21.00 WITA, suasana di vila berubah mencekam. Misri tengah berjalan di sekitar kolam ketika mendadak melihat sosok Nurhadi mengapung di dasar kolam. Dalam kepanikan, ia berteriak memanggil Yogi. Tanpa menunggu lama, Yogi segera terjun ke kolam dan bersama Misri berusaha memberikan bantuan napas buatan dan penekanan pada jantung korban. Ipda Haris tiba kemudian, diikuti dokter dari klinik setempat, namun sayang nyawa Nurhadi tak terselamatkan.
Penetapan Tersangka dan Misteri Penganiayaan
Setelah kejadian, pada 1 Juli 2025 ketiga pihak Misri, Kompol Yogi, dan Ipda Haris ditahan di Polda NTB dan mendapat sanksi PTDH dua polisi bersangkutan. Polisi kemudian menetapkan adanya dugaan penganiayaan terhadap Nurhadi, yang ke tubuhnya ditemukan indikasi luka dan patah tulang lidah tanda cekikan. Penyidik dari Ditreskrimum Polda NTB menyatakan motif dan pelaku utama penganiayaan masih dalam pendalaman.