Health

Kamis, 03 Jul 2025, 14:30 WIB

Bikin Merinding! Ini Penjelasan Neurologis di Balik Fenomena Ketindihan Saat Tidur

Bikin Merinding! Ini Penjelasan Neurologis di Balik Fenomena Ketindihan Saat Tidur

Doc: Freepik

JAKARTA, KUCANTIK.COM - Banyak orang pernah mengalami sensasi menegangkan saat tidur, seolah tubuh tak bisa digerakkan, sulit bernapas, bahkan merasa ada sosok yang "menindih". 

Fenomena ini dalam masyarakat awam sering disebut sebagai 'ketindihan', dan tak jarang dikaitkan dengan hal-hal mistis seperti gangguan makhluk halus.

Permata (25), seorang wakil manajemen di Pekanbaru, menceritakan pengalamannya mengalami ketindihan. Ia mengaku panik saat tubuhnya tiba-tiba kaku dan sulit bernapas.

"Napas jadi ngos-ngosan, tubuh kaku, dan tidak bisa digerakkan," ujarnya.

Hal serupa juga dialami Dhanu (27), seorang karyawan swasta di Jakarta Selatan.

"Awalnya saya bisa melihat sekitar, tetapi tubuh rasanya tidak bisa bergerak. Mau bicara juga tidak bisa, dan badan terasa lemas setelahnya," katanya.

Fenomena ini ternyata juga dialami oleh dr Stephanie Rennie Anindita, seorang dokter forensik yang sempat viral karena kerap berbagi kisah mistis.

Ia pernah merasa 'dihampiri' sosok tak kasat mata hingga mendapati bekas memar misterius di tubuhnya setelah bangun tidur.

Meski begitu, dr Stephanie tetap mempertimbangkan penjelasan ilmiah sebagai penyebabnya.

Penjelasan Ilmiah: Apa Itu Sleep Paralysis?

Dalam dunia medis, fenomena ini dikenal sebagai sleep paralysis atau kelumpuhan tidur.

Menurut dr Yeni Quinta Mondiani, SpN, ahli neurologi sekaligus dosen Fakultas Kedokteran IPB University, sleep paralysis adalah gangguan tidur yang terjadi saat peralihan antara fase tidur dan bangun.

“Sleep paralysis adalah ketidakmampuan tubuh bergerak saat awal atau akhir tidur, sementara subjek sudah sadar,” jelas dr Yeni.

Gangguan ini umumnya terjadi pada fase Rapid Eye Movement (REM), yaitu saat tubuh seharusnya dalam kondisi lumpuh untuk mencegah gerakan fisik saat bermimpi.

Saat sleep paralysis, otak sudah terbangun namun tubuh belum sepenuhnya keluar dari fase REM.

Proses Fisiologis: Mengenal Fase-fase Tidur

dr Yeni menjelaskan bahwa siklus tidur manusia terdiri dari lima fase utama:

  1. NREM Tahap 1 – Tidur paling ringan, berlangsung beberapa menit.

  2. NREM Tahap 2 – Tidur mulai dalam, terjadi pengolahan memori otak.

  3. NREM Tahap 3 & 4 – Fase tidur paling dalam, tubuh dalam kondisi sangat rileks.

  4. REM Sleep – Fase mimpi, dengan aktivitas otak tinggi namun tubuh dalam kondisi lumpuh sementara.

Menurut dr Daniel Thomas Suryadisastra, SpN, RPSGT, sleep paralysis biasanya terjadi saat transisi antara fase REM dan bangun.

"Jadi waktu otot relaksasi maksimal, kita bangun, makanya kita nggak bisa gerak. Kadang dibarengi dengan halusinasi," jelasnya.

Penyebab Sleep Paralysis

Beberapa faktor yang dapat memicu sleep paralysis antara lain:

  • Kurang tidur

  • Stres berlebih

  • Gangguan kecemasan

  • Faktor genetik

  • Penggunaan obat tertentu

  • Kondisi medis seperti narkolepsi

Menurut Cleveland Clinic, posisi tidur terlentang juga meningkatkan risiko terjadinya sleep paralysis.

Gejala Umum Sleep Paralysis

Gejala sleep paralysis umumnya meliputi:

  • Ketidakmampuan menggerakkan tubuh

  • Kesulitan bicara

  • Rasa sesak atau tercekik

  • Halusinasi visual dan pendengaran

  • Perasaan ada “sosok” di sekitar

Gejala ini biasanya berlangsung hanya beberapa detik hingga beberapa menit, tetapi dapat meninggalkan rasa takut yang mendalam.

Cara Mengatasi dan Mencegah Sleep Paralysis

Untuk pencegahan, dr Yeni menyarankan perubahan gaya hidup dengan:

  • Menjaga pola tidur teratur

  • Mengurangi stres

  • Membatasi konsumsi kafein

  • Menghindari makanan berat sebelum tidur

  • Menerapkan sleep hygiene seperti mengatur waktu tidur dan bangun secara konsisten

Bila sleep paralysis terjadi terlalu sering dan mengganggu aktivitas harian, dr Yeni merekomendasikan pemeriksaan lebih lanjut ke dokter spesialis saraf atau spesialis gangguan tidur.

"Kalau memang berulang dan mengganggu kualitas hidup, perlu evaluasi lebih lanjut, termasuk kemungkinan gangguan tidur lain seperti narkolepsi," tutupnya.

Beri komentar, dan mulailah diskusi bersama kami
Tulisan Terkait
FAVORIT PEMBACA
TERBARU
TERUPDATE