Parenting
Waspada Overparenting! Pola Asuh Terlalu Protektif Bisa Hambat Kemandirian Anak
JAKARTA, KUCANTIK.COM - Memberikan kasih sayang dan perlindungan kepada anak tentu menjadi naluri alami setiap orang tua.
Namun, tahukah Anda bahwa kasih sayang yang berlebihan bisa berdampak buruk terhadap perkembangan emosional dan sosial anak? Fenomena ini dikenal dengan istilah overparenting, atau pola asuh yang terlalu protektif.
Melansir Times of India melalui Parapuan.co, overparenting adalah kondisi di mana orang tua terlalu mengatur, mengontrol, dan campur tangan dalam setiap aspek kehidupan anak.
Tak hanya soal pendidikan, tetapi juga dalam urusan sosial, seperti memilihkan teman atau menyelesaikan masalah kecil yang seharusnya bisa ditangani anak sendiri.
Apa Itu Overparenting?
Secara definisi, overparenting adalah gaya pengasuhan ketika orang tua merasa harus terus-menerus mengawasi dan mengambil alih setiap keputusan anak.
Semua pilihan, perilaku, hingga tindakan anak harus mendapatkan persetujuan orang tua. Ini biasanya terjadi karena orang tua takut melihat anaknya gagal, terluka, atau mengalami kesulitan.
Tak jarang, orang tua juga merasa bersalah saat harus mendisiplinkan anak, sehingga mereka memilih untuk melindungi berlebihan. Padahal, langkah ini justru bisa berdampak negatif dalam jangka panjang.
Dampak Negatif Overparenting bagi Anak
Pakar psikologi anak menekankan bahwa overparenting dapat menghambat tumbuh kembang anak, baik dari sisi emosional maupun sosial. Anak-anak yang terlalu dimanja atau dikendalikan cenderung:
-
Terlalu Bergantung pada Orang Tua
Anak menjadi tidak percaya diri untuk mengambil keputusan sendiri. Hal ini membuat mereka kesulitan saat menghadapi dunia nyata di kemudian hari. -
Rentan terhadap Kegagalan dan Tekanan
Karena terbiasa diselamatkan dari setiap kesalahan kecil, anak menjadi lemah mental saat menghadapi kegagalan. Mereka bisa mudah stres, cemas, atau bahkan mengalami gangguan kecemasan sosial. -
Kurang Tanggung Jawab
Anak tidak belajar menghadapi konsekuensi dari tindakan mereka sendiri. Hal ini membuat mereka cenderung menyalahkan orang lain ketika terjadi masalah. -
Minim Keterampilan Menghadapi Masalah
Anak tidak terlatih untuk menyelesaikan konflik atau mengambil keputusan. Mereka kehilangan kesempatan untuk melatih daya juang dan ketahanan mental.
Mengapa Orang Tua Terjebak dalam Overparenting?
Banyak faktor yang membuat orang tua menerapkan overparenting, mulai dari ketakutan berlebihan akan keselamatan anak, tekanan sosial agar anak selalu tampil sempurna, hingga rasa bersalah yang belum terselesaikan dalam diri orang tua sendiri.
Menurut psikolog keluarga dari laman Parentingtoday.id, orang tua sering kali tidak menyadari bahwa tindakan protektif mereka bisa menjadi penghambat utama dalam proses tumbuh kembang anak.
Solusi: Beri Ruang untuk Anak Belajar Mandiri
Penting bagi orang tua untuk mulai mempercayai kemampuan anak dalam menghadapi tantangan kecil dalam hidupnya. Memberikan batasan memang penting, tapi bukan berarti sepenuhnya mengambil alih kendali hidup anak.
Anak perlu diberi kesempatan untuk:
-
Mengalami kegagalan dan belajar bangkit
-
Mengambil keputusan sendiri sesuai usianya
-
Mengelola emosi dan tanggung jawab atas pilihannya
-
Menghadapi kesulitan sosial, seperti memilih teman atau menyelesaikan konflik kecil
Cinta orang tua memang tak ada batasnya. Namun, kasih sayang yang sehat adalah yang mendorong anak menjadi pribadi mandiri, tangguh, dan siap menghadapi dunia luar.
Seperti diingatkan dalam laporan Times of India, "Orang tua boleh memberi batasan, tapi bukan berarti mengatur seluruh kehidupan anak hingga mencegahnya berkembang."
Dengan pola asuh yang seimbang, anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang kuat, bertanggung jawab, dan percaya diri.