Beauty

Rabu, 09 Jul 2025, 16:00 WIB

Remaja Inggris Kecanduan Tanning hingga Kulit Gosong, 'Aku Tau Ini Berbahaya Tapi Tak Bisa Berhenti'

Remaja Inggris Kecanduan Tanning hingga Kulit Gosong, 'Aku Tau Ini Berbahaya Tapi Tak Bisa Berhenti'

Ket. Remaja Inggris kecanduan tanning

Doc: Tiktok.com/meganblainxo

JAKARTA, KUCANTIK.COM - Seorang remaja asal Inggris, Megan Blain, menjadi sorotan publik internasional usai mengungkap kisah mengejutkan tentang kecanduannya terhadap tanning ekstrem.

Dalam sebuah video dokumenter yang tayang di kanal YouTube Truly, Megan mengaku telah menggunakan sunbed hampir setiap hari selama tiga tahun terakhir, menyebabkan warna kulitnya kini tampak sangat gelap hingga menyerupai gosong.

Ketergantungan Megan terhadap tanning dimulai sejak usia 16 tahun. Awalnya, ia hanya menggunakan produk self-tanning (oles), tetapi kebiasaan itu berkembang menjadi penggunaan sunbed selama hingga 30 menit per hari, bahkan disertai injeksi tanning untuk mempercepat pigmentasi kulitnya.

Megan mengaku bahwa meskipun kulitnya sudah sangat gelap, ia belum merasa puas. Bahkan ketika orang-orang di sekitarnya memperingatkan bahwa warna kulitnya sudah “terlalu cokelat”, ia merasa tidak melihat hal tersebut.

“Bahkan saat orang bilang aku udah terlalu cokelat, aku tetap tidak percaya. Rasanya aku seperti buta warna melihat kulitku sendiri,” ujar Megan dalam video tersebut.

Kondisi ini mencerminkan gangguan yang dikenal sebagai tanoreksia, yakni ketergantungan psikologis terhadap tanning dan persepsi tubuh yang menyimpang terhadap warna kulit sendiri.

Kini, di tengah rasa puas semu terhadap tampilan kulitnya, Megan mulai menyadari konsekuensi medis yang mengintai.

Ia menemukan banyak tahi lalat baru dan bercak mencurigakan di tubuhnya, termasuk di punggung dan tangan.

“Aku mulai menyadari ada banyak tahi lalat baru di tubuhku. Tapi aku tetap pergi ke salon tanning. Aku tahu ini tidak sehat, tapi rasanya aku tidak bisa berhenti,” akunya.

Megan bahkan sempat mencurigai bercak tersebut sebagai tanda awal kanker kulit (melanoma), namun ketakutan justru membuatnya enggan memeriksakan diri ke dokter.

“Aku sudah lima kali coba pergi ke dokter, tapi tiap kali sampai, aku malah kaku depan pintunya,” ujarnya.

Meski mengetahui bahayanya, Megan mengakui bahwa dirinya sudah kecanduan tanning. Kebiasaan ini kini bukan lagi soal estetika semata, melainkan telah menjadi kebutuhan psikologis.

Menurut para ahli dermatologi, paparan berlebihan terhadap sinar UV buatan dari sunbed dapat meningkatkan risiko kanker kulit hingga sembilan kali lipat, terutama bagi pengguna jangka panjang seperti Megan.

Banyak negara bahkan telah melarang penggunaan sunbed untuk remaja di bawah 18 tahun karena risiko ini.

Megan kerap menjadi sasaran komentar jahat dan body-shaming di media sosial. Netizen bahkan menyamakan kulitnya dengan keripik gosong. Namun, hinaan tersebut tak membuatnya berhenti, bahkan semakin memperkuat hasratnya untuk memperdalam warna kulit.

Namun belakangan, Megan mengaku mulai mengurangi intensitas tanning menjadi empat kali seminggu, dan perlahan berusaha mengedukasi pengikutnya di media sosial tentang bahaya tanning ekstrem.

“Aku lihat anak-anak muda sekarang makin banyak yang mulai pakai sunbed. Kalau aku bisa kecanduan tanpa sadar, mereka juga bisa,” ucap Megan.

Tanoreksia adalah gangguan psikologis yang termasuk dalam spektrum dismorfia tubuh, di mana seseorang merasa obsesif terhadap kulit berwarna gelap dan selalu merasa “kurang tan” meski secara objektif kulitnya sudah sangat gelap.

Gangguan ini bisa menyebabkan penderita terus-menerus melakukan tanning meskipun sudah mengetahui risiko kesehatan yang serius.

Beri komentar, dan mulailah diskusi bersama kami
Tulisan Terkait
TERUPDATE