Entertainment
Makna Mendalam Mitsaqan Ghalizha yang Diungkapkan Nusron Wahid di Penikahan Al Ghazali dan Alyssa
JAKARTA, KUCANTIK.COM - Istilah "Mitsaqan Ghalizha" ramai lagi dibicarain di media sosial, apalagi setelah momen akad nikah Ahmad Al Ghazali dan Alyssa Daguise yang diselipi nasihat dari Menteri ATR/BPN, Nusron Wahid.
Kalau dipecah, istilah dalam bahasa Arab ini terdiri dari dua kata: "mitsaq" yang artinya perjanjian atau ikatan, dan "ghalizha" yang berarti kuat, kokoh, atau berat. Jadi, kalau digabung, maknanya adalah sebuah ikatan yang sangat kuat dan serius.
Dalam Al-Qur’an, tepatnya di Surah An-Nisa ayat 21, "mitsaqan ghalizha" merujuk pada ikatan pernikahan yang bukan cuma sekadar janji, tapi perjanjian besar dan sakral.
"Akad nikah bukan sekadar janji, melainkan 'mitsaqan ghalizha', sebuah perjanjian yang agung dan berat di sisi Allah," kata Nusron dalam ceramah pernikahannya di acara pernikahan Al Ghazali dan Alyssa di hotel kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan, Senin (16/6).
Dalam urusan pernikahan, istilah "mitsaqan ghalizha" punya makna yang dalam banget. Ikatan suami istri itu bukan cuma perjanjian biasa kayak kontrak kerja, tapi sebuah janji suci yang melibatkan bukan hanya kedua mempelai dan keluarga, tapi juga Allah SWT. Jadi, pernikahan dipandang sebagai hubungan yang sakral dan penuh tanggung jawab.
Menariknya, istilah "mitsaqan ghalizha" gak cuma dipakai dalam konteks pernikahan. Di beberapa ayat lain dalam Al-Qur’an, istilah ini juga muncul buat menggambarkan perjanjian-perjanjian penting lainnya. Contohnya bisa dilihat di Surah An-Nisa ayat 154 dan Surah Al-Ahzab ayat 7, yang menyebut perjanjian besar dan sangat mengikat antara Allah dan para nabi.
Nusron Wahid bilang bahwa saat akad nikah dibacakan, “langit dan ‘arasy bergetar.” Kalimat ini jelas bukan makna harfiah, tapi sebuah metafora yang kuat buat menggambarkan betapa sakral dan agungnya ikatan mitsaqan ghalizha. Artinya, pernikahan itu bukan sekadar momen seremonial, tapi amanah dari Allah yang membawa tanggung jawab besar, baik di dunia maupun di akhirat.
Nusron juga menekankan bahwa pernikahan itu bukan cuma janji antara dua orang, tapi perjanjian suci yang punya konsekuensi besar. Terutama buat suami, yang memikul tanggung jawab utama buat menjaga, membimbing, dan merawat istrinya.
Ia juga menjelaskan filosofi pernikahan dalam Islam, di mana istri diposisikan sebagai partner sejajar, bukan yang memimpin di depan, tapi juga bukan sekadar mengikuti dari belakang. Istri adalah pendamping yang berjalan sejajar, saling melengkapi dalam perjalanan rumah tangga.