Entertainment
Jadi Korban Predator Seks, Salma Hayek Bongkar Teror Seksual Harvey Weinstein!
JAKARTA, KUCANTIK.COM - Salma Hayek akhirnya angkat suara soal mimpi buruknya bersama produser ternama sekaligus predator seksual Hollywood, Harvey Weinstein.
Dalam wawancara eksklusif bersama The New York Times pada 2017, Salma Hayek membeberkan sisi kelam perjalanan kariernya yang selama ini dia pendam demi melindungi orang-orang terdekatnya.
Salah satu alasan Salma Hayek memilih bungkam demi sahabat karibnya, Penelope Cruz. Dia menyadari berbicara terlalu cepat dapat memengaruhi proyek film sahabatnya dengan Miramax, studio milik Weinstein yang saat itu masih berada di puncak kejayaan.
“Banyak yang marah padaku, termasuk Penelope. Tapi aku melakukannya untuk melindunginya,” ujar Salma Hayek.
Aktris Meksiko ini mengaku memantau terus interaksi Harvey Weinstein dengan Penelope Cruz dan merasa lega karena sahabatnya tidak mengalami hal serupa.
Namun, keputusan untuk diam membuatnya diliputi rasa bersalah. Dia baru angkat suara dua bulan setelah kasus Harvey Weinstein mencuat ke publik.
“Aku merasa seperti pengecut. Setelah bertahun-tahun mendukung perempuan, aku justru diam saat hal ini terjadi padaku,” tambahnya.
Kisah kelam itu bermula ketika Salma Hayek ditawari peran dalam film Frida (2002). Dia awalnya mengenal Harvey Weinstein lewat sutradara Robert Rodriguez dan produser Elizabeth Avellan, yang kala itu merupakan istri Rodriguez.
Hubungan profesional tersebut berubah jadi mimpi buruk saat Harvey Weinstein mulai mengajukan permintaan tak senonoh.
Salah satu permintaan paling traumatis adalah saat Harvey Weinstein memaksanya melakukan adegan seks dengan aktris Ashley Judd.
Meski Salma Hayek akhirnya menyerah, tubuhnya menolak mentah-mentah. Dia muntah dan tak henti menangis di lokasi syuting hingga harus minum obat penenang.
“Tubuhku memberontak. Aku muntah, menangis, dan tak sanggup menenangkan diri. Tapi seluruh kru menunggu. Aku dipaksa menjalani adegan itu sambil menahan trauma,” kenangnya dengan getir.
Salma Hayek kini menjadi salah satu suara penting dalam gerakan #MeToo, setelah sebelumnya memilih diam demi karier, ketakutan, dan loyalitas pada sahabat.