Parenting
Waspada! 9 Pola Asuh Ini Tanpa Sadar Membentuk Anak Jadi Narsistik, Begini Cara Menghindarinya!
JAKARTA, KUCANTIK.COM - Cantiks, tahukah kamu? Tanpa sadar, beberapa pola asuh yang tampaknya penuh cinta justru menumbuhkan sifat narsistik pada anak.
Terlalu banyak pujian, terlalu fokus pada pencapaian luar tanpa mengajarkan empati, menyebabkan anak tumbuh jadi pribadi yang hanya mementingkan diri sendiri.
Menurut psikoterapis Chelsey Cole, narsisme pada anak kerap berkembang di lingkungan yang terlalu memanjakan dan menekankan pencapaian eksternal, bukan nilai-nilai internal seperti empati dan tanggung jawab sosial.
Namun perlu dipahami, tidak semua perilaku narsistik pada anak merupakan gangguan kepribadian. Seperti dijelaskan terapis keluarga Stephanie Macadaan, sebagian besar anak memang melalui fase egosentris dalam proses tumbuh kembangnya.
Tapi kapan narsisme pada anak perlu diwaspadai? Berikut beberapa tanda yang tak boleh diabaikan dan cara efektif mencegahnya sejak dini.
- Mengontrol atau memonopoli percakapan.
- Meremehkan orang lain.
- Melebih-lebihkan keberhasilan mereka, sambil meremehkan pencapaian orang lain.
- Kurang empati.
- Sangat cepat marah ketika mereka tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan.
- Menentang figur otoritas.
Lalu bagaimana cara mencegahnya? Simak penjelasannya!
1. Jadi Contoh Empati Sehari-hari
Anak belajar dari apa yang mereka lihat. Tunjukkan empati melalui tindakan nyata, termasuk bagaimana Cantiks menghadapi emosi sendiri.
2. Hargai Proses, Bukan Hanya Hasil
Alih-alih hanya memuji saat anak juara, beri apresiasi ketika mereka berusaha keras, berbagi, atau bermain rukun dengan adiknya.
3. Ajarkan Perhatian pada Perasaan Orang Lain
Gunakan momen kecil seperti menonton film bersama untuk mengenalkan cara berpikir dari sudut pandang orang lain.
4. Dukung Minat Unik Anak
Apresiasi hobi anak, sekecil apapun. Jangan paksa mereka mengejar prestasi sesuai harapan orang tua. Biarkan anak merasa dilihat sebagai dirinya sendiri.
5. Latih Anak Mengelola Emosi
Biarkan anak melihat adanya kecewa, takut, atau sedih itu normal. Dampingi mereka melewati emosi itu alih-alih mengabaikannya.
6. Luangkan Waktu Berkualitas Setiap Hari
Tak butuh waktu lama, cukup 15–20 menit sehari untuk benar-benar hadir dan berinteraksi dengan anak, seperti saat makan malam bersama.
7. Ajari Anak Menerima Kesalahan
Cantiks dapat mencontohkan kesalahan jadi bagian dari belajar. Anak yang tak takut gagal akan tumbuh lebih kuat dan bijak.
8. Biarkan Anak Menghadapi Konsekuensi
Jangan langsung menyelamatkan anak dari kesulitan. Ajari mereka tanggung jawab atas pilihan dan perbuatannya sendiri.
9. Tinjau Dinamika Keluarga
Lingkungan rumah adalah tempat pertama anak belajar. Evaluasi apakah pola komunikasi atau ekspektasi di rumah turut membentuk sikap narsistik tanpa disadari.
Mendidik anak bukan soal membuat mereka jadi sempurna, tapi membentuk mereka jadi pribadi yang sehat secara emosional, punya empati, dan tahan banting ya Cantiks.
Terapkan pola asuh ini secara bertahap ya agar si kecil tumbuh menjadi pribadi yang seimbang—percaya diri tapi tetap peduli pada orang lain.