Health
Kok Bisa Alami Dementia di Usia Muda? Ini Jawaban Terbaru dari Para Ilmuwan!
JAKARTA, KUCANTIK.COM - Dementia biasanya identik dengan orang tua, tapi tahukah kamu kalau ada juga yang kena dementia di usia tengah baya?
Yup, ini memang jarang dan sering bikin bingung diagnosanya. Tipe dementia yang paling umum muncul di usia ini adalah frontotemporal dementia (FTD), yang sayangnya sering salah didiagnosis sebagai depresi, skizofrenia, atau Parkinson.
FTD disebabkan kerusakan di bagian otak frontal dan temporal, sehingga fungsi otak yang mengatur perilaku, bahasa, dan kesejahteraan secara umum terganggu. Dampaknya bisa beda-beda, tergantung tipe dan area otak yang kena, seperti dilansir dari Medical News Today.
Nah, baru-baru ini, para peneliti dari University of California San Francisco (UCSF) membongkar rahasia bagaimana FTD ini berkembang. Dalam studi yang dipublikasikan di Nature Aging, mereka menganalisa lebih dari 4.000 protein yang ditemukan di cairan tulang belakang dari 116 orang dengan FTD yang diwariskan secara genetik. Mereka membandingkannya dengan sampel dari 39 anggota keluarga sehat.
Karena semua partisipan yang kena FTD ini punya bentuk penyakit yang diwariskan secara genetik, para ilmuwan bisa mempelajari kasus-kasus yang sudah pasti, bahkan saat pasien masih hidup. Ini beda dengan FTD non-genetik yang biasanya baru bisa dipastikan setelah kematian lewat otopsi.
Hasilnya, perubahan komposisi protein ini menunjukkan kalau penderita FTD mengalami gangguan regulasi RNA, yang penting banget buat ekspresi gen di otak, plus masalah dalam konektivitas otak. Para peneliti yakin protein-protein ini bisa jadi biomarker pertama yang spesifik untuk FTD dan mulai muncul saat penyakit mulai berkembang di usia tengah baya.
Masih belum ada cara pasti buat mendiagnosis FTD sejak awal. Tapi kalau biomarker ini bisa dipakai, pasien bisa cepat dapat penanganan yang tepat, ikut uji klinis yang relevan, dan nantinya bisa mendapat terapi yang lebih terarah dan personal.
Rowan Saloner, PhD, penulis utama studi ini sekaligus asisten profesor di UCSF, menjelaskan kalau mempelajari FTD yang diwariskan memberi gambaran pasti soal patologi otak yang mendasari penyakit ini. Dengan mengukur ribuan protein di cairan tulang belakang, mereka menemukan perubahan biologis yang berkaitan dengan pengolahan RNA, kesehatan sinapsis, dan respon imun, semuanya terkait dengan keparahan penyakit.
Menariknya, temuan ini juga bisa diterapkan pada FTD sporadis (non-genetik), yang berarti perubahan biologis ini mungkin relevan untuk banyak pasien FTD.
James Giordano, profesor emeritus dari Georgetown University Medical Center, bilang kalau studi ini penting karena menggunakan teknik proteomik untuk menemukan biomarker yang bisa mendeteksi penyakit ini lebih dini. Meskipun ada keterbatasan alat yang dipakai, studi ini membuka peluang pengembangan alat baru yang lebih baik untuk diagnosa dan prediksi FTD.
Sayangnya, sampai sekarang belum ada terapi resmi untuk FTD, berbeda dengan Alzheimer yang sudah mulai punya biomarker dan pengobatan. Tapi studi ini membawa harapan baru untuk membuat tes molekuler yang bisa mendeteksi FTD lebih awal, memantau progres penyakit, dan membantu buat terapi yang lebih personal sesuai kondisi otak pasien.
Jadi, buat kamu para Cantiks yang mungkin punya riwayat keluarga dengan FTD atau merasa ada perubahan aneh di otak di usia muda, penelitian ini jadi kabar baik yang membawa kita lebih dekat ke deteksi dini dan pengobatan yang lebih efektif. Semoga aja, kedepannya dementia usia muda nggak lagi jadi misteri yang menakutkan!