Setelah 37 Tahun, Anna Wintour Mundur dari Posisi Ikoniknya di Vogue Amerika, Siapa Kandidat Penggantinya?

Jum'at, 27 Jun 2025, 12:15 WIB

JAKARTA, KUCANTIK.COM - Setelah hampir empat dekade menjadi sosok tak tergantikan di balik majalah mode paling berpengaruh di dunia, Anna Wintour akhirnya mengumumkan pengunduran dirinya sebagai pemimpin redaksi Vogue Amerika.

Kabar ini disampaikan langsung oleh Wintour kepada timnya pada Kamis, 26 Juni 2025.

Ket. Foto: — Sumber: Instagram.com/theannawintour

Namun jangan salah sangka, ini bukan berarti Anna Wintour sepenuhnya pamit dari dunia mode atau Conde Nast. Seperti dilaporkan CNN, Jumat (27/6/2025), sang legenda hanya “mengurangi tugasnya.”

Ia tetap akan menjabat sebagai direktur editorial global Vogue sekaligus kepala konten global di Conde Nast.

Perjalanan Awal Anna Wintour di Vogue: Dari London ke New York

Sebelum menjadi ikon global, perjalanan Wintour di dunia Vogue dimulai di London. Pada tahun 1985, ia pertama kali bergabung dengan British Vogue sebagai creative director.

Dua tahun kemudian, ia dipindahkan ke New York untuk memimpin House & Garden dan sebuah langkah yang sempat kontroversial karena Wintour mengubah total tampilan majalah tersebut hingga dijuluki "House & Garage" oleh para pengamat media saat itu.

Namun, kariernya justru semakin melejit. Pada 1988, Conde Nast menunjuknya sebagai pemimpin redaksi Vogue Amerika, menggantikan Grace Mirabella. Inilah awal dari era baru di Vogue dan dalam waktu singkat, Wintour berhasil mengubah wajah industri majalah mode dunia.

Perubahan Besar di Vogue: Era Baru Dimulai

Posisi yang ditinggalkan Wintour kini akan berganti nama menjadi "kepala konten editorial" untuk Vogue Amerika. Jabatan ini jelas bukan kursi yang mudah diisi, mengingat pengaruh besar Wintour selama ini.

Ia dikenal sebagai sosok yang berhasil mentransformasi Vogue dari sebuah majalah dengan “judul-judul yang kurang berani” menjadi pusat kekuatan yang mampu menentukan bahkan menghancurkan tren dan karier desainer.

Siapa pun penggantinya nanti, akan mewarisi legacy besar dari wanita yang tak ragu menabrak pakem industri fesyen dunia.

Contohnya? Edisi perdana Wintour sebagai pemimpin redaksi pada November 1988 langsung bikin sejarah dengan menampilkan model Israel, Michaela Bercu, mengenakan celana jins stonewashed, pertama kalinya jeans tampil di sampul Vogue.

Terobosan Demi Terobosan ala Anna Wintour

Itu baru permulaan. Di bawah komando Wintour, halaman-halaman Vogue dipenuhi keputusan editorial yang berani dan sering kali tak terduga.

 Ia menghapus batasan antara fesyen mewah dan street style, mengganti pemotretan studio yang kaku dengan sesi outdoor yang lebih kasual.

Salah satu momen paling ikonik? Tahun 1992, ketika Wintour mendobrak tradisi seratus tahun Vogue dengan menampilkan pria di sampul: Richard Gere, berdampingan dengan istrinya saat itu, Cindy Crawford.

Meski paling dikenal lewat Vogue, kiprah Wintour juga merambah lebih luas. Pada 2020, ia resmi ditunjuk sebagai kepala konten global Conde Nast, membawahi sejumlah media besar seperti Vanity Fair, Wired, GQ, Architectural Digest, Bon Appetit, hingga Conde Nast Traveler.

Bukan Pensiun, Tapi Bagian dari Restrukturisasi Besar

Pengumuman mundurnya Wintour bukanlah murni keputusan pensiun pribadi. Ini adalah bagian dari restrukturisasi global Conde Nast yang lebih luas.

Meski begitu, perubahan ini tetap menjadi momen besar dalam sejarah Vogue Amerika. Siapa pun penerusnya, ia akan menghadapi tantangan berat dan ekspektasi tinggi dari industri mode global.

Siapa yang Paling Berpeluang Mengisi Kursi Kosong Ini?

Kursi kosong ini jelas jadi incaran para editor papan atas dunia. Bagi Vogue, ini adalah peluang emas untuk membuka lembaran baru dan memperkuat posisinya di tengah dinamika industri media yang terus berubah.

Melihat ke belakang, dua tahun lalu, Vogue Inggris membuat sejarah dengan mengangkat Chioma Nnadi sebagai pemimpin redaksi perempuan kulit hitam pertama, menggantikan Edward Enninful. Kisah sukses ini membuat nama Nnadi kembali diperhitungkan.

Dan ya, Wintour sendiri dipastikan akan sangat terlibat dalam memilih penggantinya.

Menurut Forbes, hanya ada tiga kandidat kuat yang semuanya perempuan yang punya kredibilitas, pengalaman editorial, dan tentu saja... keberanian untuk mengambil alih tongkat estafet dari seorang legenda.

Siapa Saja Kandidat Kuatnya?

1. Amy Astley
Editor Architectural Digest ini dikenal sebagai sosok yang dibesarkan langsung oleh Wintour. 

Ia sebelumnya adalah editor peluncuran Teen Vogue, dan selama masa kepemimpinannya, Teen Vogue berhasil besar di pasar muda. Astley dinilai punya pemahaman mendalam soal DNA Conde Nast sebuah nilai plus yang sulit diabaikan.

2. Chioma Nnadi
Superstar Inggris yang kini menjabat sebagai editor Vogue Inggris ini juga bukan nama baru di dunia Vogue. Ia sempat lebih dari satu dekade bekerja di Vogue Amerika, termasuk sebagai co-host podcast Vogue yang sangat populer.

Nnadi juga mendapat kredit besar atas peningkatan traffic digital dan media sosial Vogue Inggris.

3. Kate Betts
Pilihan yang paling tak terduga? Kate Betts. Meski keluar dari Vogue setelah kabarnya berselisih dengan Wintour dan melanjutkan karier di Harper's Bazaar, Betts pernah dipandang sebagai calon kuat pengganti Wintour di masa lalu.

Meski hubungan keduanya dikabarkan sempat renggang, tidak ada yang meragukan komitmen Wintour terhadap kelangsungan brand Vogue. Siapa tahu, sejarah bisa berputar tak terduga?

Yang jelas, satu hal pasti: siapapun yang akan ditunjuk nanti, mereka akan menghadapi ekspektasi yang sangat tinggi—dan sorotan dunia mode yang tak kenal ampun.

Redaktur: Fitrya A Kusumah

Penulis: Fitrya A Kusumah

PT. Berita Nusantara
© Copyright 2017 - 2025 Kucantik.Com ®
All rights reserved.