Proses Evakuasi Jenazah Juliana Marins Dibongkar, Agam Rinjani Beberkan Detil yang Bikin Merinding!

Rabu, 02 Jul 2025, 10:45 WIB

JAKARTA, KUCANTIK.COM — Sosok Abdul Haris Agam, atau yang akrab dikenal sebagai Agam Rinjani, kini menjadi perbincangan hangat berkat aksi heroiknya dalam proses evakuasi jenazah pendaki asal Brasil, Juliana Marins. Juliana tewas setelah terjatuh ke jurang curam di Gunung Rinjani, dan Agam mengungkap langsung kisah di balik momen tragis tersebut melalui podcast Denny Sumargo.

Medan Ekstrem, Cuaca Menghantui

Di podcast itu, Agam menggambarkan dengan lugas kesulitan tim SAR: medan sangat berat, cuaca mendukung, kabut tebal, dan hujan batu menimpa saat evakuasi berlangsung. “Itu paling sulit di antara puluhan evakuasi yang pernah saya tangani,” ujar Agam yang sebelumnya pernah mengevakuasi turis dari Israel tahun 2023, namun menyebut momen ini bahkan lebih berat.

Evakuasi jenazah Juliana berlangsung dramatis di ketinggian sekitar 600 meter. Agam dan tim harus mendirikan flying camp, bermalam di tebing vertikal, menambat anchor demi menghindari longsor. Ketika mereka mulai menarik jenazah, hujan dan batu-batu besar mendadak berjatuhan, mengancam keselamatan mereka.

Kondisi Jenazah Menggetarkan

Saat akhirnya sampai di jenazah, Agam menyaksikan kondisi berat. Baru-baru ini Agam menyatakan bahwa Juliana mengalami patah pada kaki dan pelvis, retak pada bagian kepala, sepatunya copot, kalungnya terlepas, tubuhnya sudah tidak bernyawa saat ditemukan. Detail ini membuat suasana semakin haru “Merinding aku,” ucap Denny Sumargo mendengar pengakuannya.

Penyesalan dan Kesedihan yang Mendalam

Dengan suara terbata, Agam meminta maaf karena tidak berhasil menyelamatkan Juliana dalam keadaan hidup. Ia mengakui bahwa posisi berada di Jakarta sempat mengulur waktunya dan dia menyesal karena tak berada di Lombok saat peristiwa itu terjadi. Pesan maafnya, disampaikan langsung via video call dengan keluarga Juliana, sampai memancing air mata publik.

Keluarga Juliana menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada Agam dan tim, baik dalam bahasa Portugis maupun bahasa Indonesia, menghargai kesungguhan mereka meski hasilnya tragis.

Mengangkat Martabat Tim SAR & Nasionalisme

Agam juga menyinggung respon warganet Brasil yang sempat mengkritik kecepatan evakuasi. Ia menegaskan jalur yang dilalui sangat curam dan berbahaya, menuntut kehati-hatian tinggi. Bahkan, Agam membawa bendera Merah Putih ke medan evakuasi sebagai simbol nasionalisme, menunjukkan dedikasi sekaligus tekad tim SAR untuk menjaga nama baik Indonesia.

Belajar dari Kisah Pilu

Agam berharap kisah peristiwa ini bisa membuka mata para pendaki dan masyarakat luas tentang risiko mendaki di Rinjani: medan ekstrim, cuaca tak menentu, dan perlunya panduan profesional serta kesiapan fisik mental. Bukan sekadar cerita dramatis, namun pelajaran mendalam soal bertanggung jawab terhadap keselamatan bersama.

Redaktur: Nuraini Andriani

Penulis: Nuraini Andriani

PT. Berita Nusantara
© Copyright 2017 - 2025 Kucantik.Com ®
All rights reserved.