Terungkap! Makna Tersembunyi di Balik Ritual Cuci Keris Malam 1 Suro

Rabu, 25 Jun 2025, 09:15 WIB

JAKARTA, KUCANTIK.COM - Jamasan pusaka adalah tradisi orang Jawa buat membersihkan benda-benda keramat kayak keris, biasanya dilakukan pas malam 1 Suro.

Tujuannya biar pusaka tetap bersih, nggak berkarat, dan terawat. Tapi nggak cuma itu, ritual ini juga dipercaya bisa membersihkan energi negatif sekaligus jadi bentuk penghormatan ke leluhur. Tradisi mencuci keris di malam 1 Suro bukan cuma kegiatan tahunan biasa, tapi juga bagian dari warisan budaya yang sarat sejarah, punya makna spiritual, dan penuh filosofi hidup.

Ket. Foto: — Sumber: Istimewa

Sejarah Tradisi Cuci Keris di Malam 1 Suro

Tradisi mencuci keris atau yang dikenal sebagai jamasan pusaka di malam 1 Suro udah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit. Dulu, benda-benda pusaka seperti keris dan tombak milik raja dianggap sakral dan dipercaya punya kekuatan gaib. Makanya, proses membersihkannya nggak sembarangan, nggak cuma buat ngilangin karat, tapi juga jadi bentuk penghormatan ke leluhur dan cara melestarikan warisan budaya.

Biasanya, jamasan dilakukan pakai air perasan jeruk nipis yang diusapkan ke permukaan keris. Tradisi ini rutin digelar setiap malam 1 Suro, yang dianggap sebagai waktu paling sakral dalam kalender Jawa. Nggak cuma buat ngerawat fisik pusaka, tapi juga dipercaya bisa menyucikan energi di dalamnya. Meski zaman terus berubah, tradisi ini masih dijaga di banyak daerah, apalagi di lingkungan keraton atau keluarga yang punya pusaka turun-temurun.

Makna Tradisi Cuci Keris di Malam 1 Suro

Tradisi mencuci keris di malam 1 Suro punya makna yang cukup dalam, tergantung dari budaya dan kepercayaan tiap daerah. Secara umum, kegiatan ini jadi bentuk penghormatan terhadap pusaka peninggalan leluhur sekaligus usaha buat tetap menjaga nilai-nilai budaya. Malam 1 Suro sendiri dianggap sakral dan penuh energi spiritual, jadi jadi waktu yang pas buat menyucikan keris dari kotoran fisik maupun aura negatif yang mungkin menempel.

Bagi sebagian masyarakat Jawa, ritual ini bukan cuma soal keris, tapi juga sebagai cara menjalin hubungan batin dengan leluhur. Ada yang percaya kalau pusaka punya energi atau ‘jiwa’, jadi perlu dirawat dengan rasa hormat. Selain menjaga tradisi, jamasan keris juga jadi momen refleksi diri, bersih-bersih batin, dan mendoakan keselamatan serta berkah di tahun baru Islam. Nggak heran kalau tradisi ini masih terus dilestarikan dan dikenalkan ke generasi muda sebagai bagian dari jati diri budaya.

Proses Tradisi Cuci Keris

Tradisi mencuci keris di malam 1 Suro nggak dilakukan asal-asalan, lho. Setiap tahapnya punya makna dan filosofi sendiri yang mencerminkan rasa hormat ke leluhur sekaligus usaha buat ngerawat pusaka secara fisik dan spiritual. Nah, ini dia langkah-langkahnya:

  • Susilaning Nglolos Dhuwung: diawali dengan niat dan penghormatan ke pencipta sekaligus pemilik pusaka. Ini jadi dasar spiritual sebelum proses jamasan dimulai.

  • Mutih: tahap buat bersihin noda dan karat, biasanya pakai campuran abu kayu jati, air jeruk nipis, dan kadang detergen lembut biar kerisnya makin kinclong.

  • Warangan: lanjut direndam dalam air kelapa atau air bunga. Tujuannya buat bersihin lebih dalam dan menetralkan energi yang menempel.

  • Pengeringan & keprok: setelah direndam, keris dikeringin dan dipoles pakai teknik keprok supaya bilahnya halus dan tajam lagi.

  • Penjemuran: keris dijemur di bawah sinar matahari sampai bener-bener kering biar nggak lembap dan tahan lama.

  • Dikasih minyak dan wewangian: biasanya diolesin minyak herbal plus aroma alami kayak mawar, melati, atau cendana biar wangi dan terjaga auranya.

  • Ditutup pakai kain warangan: terakhir, keris disimpan dalam kain khusus buat menjaga fisik dan keindahan tampilannya.

Redaktur: R Alief Abiyya

Penulis: R Alief Abiyya

PT. Berita Nusantara
© Copyright 2017 - 2025 Kucantik.Com ®
All rights reserved.