Entertainment
Bikin Sejarah Jadi Presiden Nikaragua Perempuan Pertama, Violeta Chamorro Tutup Usia di 95 Tahun
JAKARTA, KUCANTIK.COM - Cantiks, dunia baru saja kehilangan sosok perempuan luar biasa yang pernah mengguncang sejarah politik Amerika Latin.
Violeta Chamorro, perempuan pertama yang menjabat sebagai Presiden Nikaragua sekaligus simbol perjuangan demokrasi di tengah perang saudara, meninggal dunia pada 14 Juni 2025 di usia 95 tahun di San José, Kosta Rika, seperti dilansir dari Washington Post.
Nama Violeta mungkin enggak banyak kita dengar sehari-hari, tapi perjuangannya benar-benar luar biasa. Bayangin deh, dari seorang ibu rumah tangga yang jauh dari dunia politik, Violeta menjelma jadi pemimpin negara yang berhasil mengakhiri perang saudara berdarah di negaranya.
Gak cuma itu, Cantiks. Dia juga jadi presiden perempuan pertama di negaranya, mengalahkan lawan politiknya yang punya kekuasaan besar. Keren banget, kan?
Dari Istri Wartawan ke Pemimpin Negara
Kisah Violeta berubah drastis sejak sang suami, Pedro Joaquín Chamorro—editor koran oposisi paling berani di Nikaragua—dibunuh pada tahun 1978. Kematian Pedro bukan cuma mengubah hidup Violeta, tapi juga jadi pemicu revolusi yang menggulingkan diktator Somoza.
Awalnya, Violeta sempat mendukung pemerintahan baru Sandinista, tapi ketika mereka mulai otoriter dan menekan kebebasan pers, Violeta mundur dari jabatan di pemerintahan dan kembali ke La Prensa, media keluarga yang tetap lantang melawan tirani.
Tahun 1990, dunia dikejutkan ketika Violeta yang nyaris tanpa pengalaman politik besar, berhasil mengalahkan Presiden petahana Daniel Ortega. Dengan mengenakan baju serba putih sebagai simbol perdamaian, dia membawa harapan baru bagi rakyat Nikaragua yang capek hidup dalam bayang-bayang perang dan represi.
Pesannya jelas: “Enggak ada yang menang, enggak ada yang kalah. Yang ada cuma negara yang butuh damai.”
Selama enam tahun menjabat, Violeta berhasil menurunkan inflasi gila-gilaan dari 11.000% ke 11% aja. Dia juga mulai membuka ruang demokrasi, mengembalikan kebebasan pers, dan bikin militer kembali tunduk di bawah sipil.
Tapi tetap aja, Cantiks, enggak semua setuju sama kepemimpinannya. Ada yang bilang dia terlalu lemah terhadap para mantan pejabat Sandinista dan membiarkan korupsi merajalela.
Namun, buat banyak rakyat Nikaragua, Violeta tetaplah sosok ‘ibu bangsa’ yang memilih jalan damai di tengah konflik. Ia bahkan memimpin proses perlucutan senjata para pemberontak, dan dianggap berhasil menyatukan kembali rakyat yang terpecah-belah.
Warisan yang Terus Hidup
Violeta lahir pada 18 Oktober 1929, dibesarkan di peternakan keluarga di Rivas, Nikaragua. Setelah menempuh pendidikan di Amerika Serikat, ia menikah dengan Pedro Chamorro dan punya empat anak—yang dua di antaranya mendukung oposisi seperti sang ibu, dan dua lainnya bekerja untuk pemerintahan Sandinista. Iya, keluarganya aja sempat terbelah gara-gara politik.
Meski sempat menjauh dari publik sejak 2011 karena sakit, namanya terus hidup dalam perjuangan rakyat Nikaragua. Putrinya, Cristiana Chamorro, sempat jadi tokoh oposisi kuat sebelum ditangkap pemerintahan Ortega—menunjukkan bahwa perjuangan demokrasi masih belum usai.
Dalam wawancara, Violeta pernah bilang, “Aku sering bicara sama Pedro. Aku tahu apa yang dia ingin aku lakukan.” Sebuah kalimat yang sederhana tapi penuh makna—karena dia enggak cuma meneruskan mimpi sang suami, tapi juga menorehkan sejarahnya sendiri.
Selamat jalan, Doña Violeta. Kamu bukan cuma ibu bangsa Nikaragua, tapi juga inspirasi buat semua perempuan dunia, termasuk kita, Cantiks!