Health
Miris! Indonesia Jadi Negara Kedua Terbanyak Kasus TBC di Dunia, 1 Orang Meninggal Tiap 4 Menit
JAKARTA, KUCANTIK.COM - Cantiks, siapa sangka penyakit zaman dulu seperti TBC (Tuberkulosis) masih jadi momok menakutkan di Indonesia? Bahkan, sekarang kita jadi negara dengan kasus TBC terbanyak nomor dua di dunia, lho!
Menurut laporan Global Tuberculosis Report 2024 dari World Health Organization (WHO), Indonesia mencatat lebih dari 1,06 juta kasus TBC dengan angka kematian mencapai 134.000 jiwa per tahun. Yup, itu berarti setiap 4 menit, satu warga Indonesia meninggal karena TBC. Sedih banget, ya?
Melihat angka yang mencengangkan ini, Kementerian Kesehatan pun gercep alias gerak cepat. Pada 9 Mei 2025 lalu, mereka resmi meluncurkan program Desa Siaga TBC, yang jadi garda terdepan untuk melawan penyakit ini dari level paling bawah: desa!
Program ini sudah mulai dijalankan di delapan desa percontohan, seperti di Jakarta Timur, Medan, Tangerang, Bekasi, Bogor, Karawang, Cianjur, dan Brebes.
Targetnya? Bukan cuma memutus rantai penularan, tapi juga ngasih edukasi, mempercepat penanganan, dan—yang paling penting—menghapus stigma negatif terhadap para pasien TBC.
Lewat program ini, masyarakat nggak cuma diedukasi tentang bahaya TBC dan cara penularannya, tapi juga dibantu buat lebih cepat dapet akses pengobatan. Nggak berhenti di situ, petugas kesehatan dan kader desa juga bakal rajin memantau pengobatan pasien biar nggak putus di tengah jalan, karena kalau nggak tuntas, bisa-bisa obatnya nggak mempan alias kebal!
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin bilang, tantangan terbesar bukan cuma menemukan penderita TBC, tapi memastikan mereka bisa sembuh total.
“Tahun ini kita target temukan 1 juta kasus. Sekarang sudah ketemu 800 ribu. Sisanya, ayo dibantu sama kader di lapangan,” ujar Budi, seperti dikutip dari ANTARA, Rabu, (11/6).
Budi juga menekankan pentingnya langsung memberikan pengobatan setelah diagnosis, tanpa menunda atau merujuk ke rumah sakit. "Semakin cepat ditangani, semakin kecil kemungkinan mereka menularkan ke orang lain," katanya.
Soal pengobatan? Tenang aja, semuanya gratis! Tapi yang jadi masalah besar justru rasa malu dan takut diskriminasi. Banyak pasien yang enggan berobat karena takut dijauhi. Nah, di sinilah peran kader dan tenaga kesehatan desa jadi krusial untuk bikin pasien merasa aman, diterima, dan didukung.
Wakil Menteri Desa Ahmad Riza Patria juga ikut turun tangan. Ia bilang kalau dana desa antara Rp400 juta hingga Rp1 miliar bisa dipakai buat atasi masalah TBC dan stunting. Ia juga dorong pemerintah daerah yang belum punya program ini buat segera bikin usulan anggaran.
Cantiks, ini saatnya kita semua buka mata: TBC bukan cuma soal batuk-batuk berkepanjangan. Ini penyakit mematikan yang bisa menyerang siapa aja, dan kita punya peran penting untuk bantu mengakhirinya.
Yuk, mulai dari peduli dan dukung program kayak Desa Siaga TBC. Karena di balik satu nyawa yang terselamatkan, ada masa depan yang kembali menyala.