Health

Minggu, 08 Jun 2025, 14:36 WIB

Waspada! Kenali PTSD, Trauma yang Tak Nampak Tapi Bisa Menghantui Hidupmu

Waspada! Kenali PTSD, Trauma yang Tak Nampak Tapi Bisa Menghantui Hidupmu

Doc: Flo

JAKARTA, KUCANTIK.COM - Cantiks, pernah gak sih kamu denger tentang PTSD alias Post-Traumatic Stress Disorder?

Ini bukan sekadar trauma biasa, tapi kondisi kesehatan mental yang bisa muncul setelah seseorang mengalami peristiwa yang bikin ketakutan, syok, atau merasa nggak berdaya.

PTSD ini bisa bikin hidup seseorang jadi berantakan, mulai dari mimpi buruk, susah tidur, sampai kecemasan yang gak berhenti-berhenti.

Di Amerika Serikat sendiri, sekitar 6% orang pernah ngalamin PTSD dalam hidupnya, dan ternyata, wanita lebih rentan dibanding pria, loh. Setiap tahunnya, sekitar 12 juta orang dewasa di sana didiagnosis PTSD. Tapi, gak semua yang mengalami trauma langsung kena PTSD, ya.

Lalu, sebenarnya apa sih PTSD itu? PTSD adalah gangguan mental yang muncul setelah pengalaman traumatis yang bikin pikiran jadi terus-terusan diisi ingatan mengerikan.

Orang yang punya PTSD sering banget merasakan flashback—kayak kejadian traumatis itu terulang kembali di pikirannya. Kaget dan takut itu reaksi alami setelah trauma, tapi kalau perasaan itu terus-terusan dan makin berat, baru deh dokter bakal bilang itu PTSD.

Trauma yang memicu PTSD bisa bermacam-macam, mulai dari kecelakaan, perang, kejahatan, kebakaran, kematian orang terdekat, pelecehan, sampai pengalaman lahiran yang mengerikan. Meskipun bahaya fisiknya sudah hilang, ingatan dan perasaan takut itu bisa terus menghantui.

Ada beberapa jenis PTSD yang harus kamu tahu, Cantiks. Ada PTSD kompleks yang muncul karena trauma berulang, terutama saat kecil. Ada juga PTSD disosiatif, yang bikin penderitanya merasa dunia atau dirinya sendiri gak nyata.

Ada pula trauma pasca lahir dan PTSD dengan gejala yang muncul lama setelah kejadian traumatis. Bahkan, anak-anak di bawah 6 tahun bisa juga kena PTSD, tapi cara mereka mengekspresikan trauma biasanya beda.

Gejala PTSD umumnya mulai muncul dalam waktu tiga bulan setelah trauma, tapi ada juga yang baru terasa beberapa bulan atau bahkan tahunan kemudian.

Supaya diagnosa PTSD bisa ditegakkan, seseorang harus memenuhi sejumlah kriteria seperti mengalami peristiwa yang mengancam nyawa atau pelecehan, lalu mengalami gejala seperti mimpi buruk, menghindari tempat atau orang yang mengingatkan trauma, merasa terasing, atau mudah marah dan susah tidur.

Selain gangguan mental, PTSD juga bisa berimbas pada kondisi fisik, seperti sakit kepala, mual, detak jantung cepat, hingga sistem imun yang melemah. Parahnya, kalau nggak ditangani, penderita PTSD bisa mencari pelarian dengan minum alkohol atau memakai obat-obatan terlarang.

Nah, kalau anak-anak yang kena PTSD, tanda-tandanya bisa beda lagi, misalnya ngompol meski sudah bisa buang air, sulit bicara, atau bermain dengan cara yang mengekspresikan trauma mereka.

Remaja malah bisa menunjukkan perilaku agresif, impulsif, dan merasa bersalah karena tidak bereaksi sesuai harapan saat trauma terjadi.

Kenapa sih ada orang yang kena PTSD dan ada yang enggak? Sampai sekarang belum pasti, tapi faktor seperti kurangnya dukungan sosial, riwayat masalah kesehatan mental, atau pengalaman kekerasan di masa lalu bisa meningkatkan risiko.

Untungnya, Cantiks, ada beberapa cara supaya risiko PTSD bisa diminimalisir, seperti mencari dukungan dari orang terdekat dan mengembangkan strategi coping positif untuk menghadapi stres.

Sayangnya, PTSD nggak cuma bikin kamu merasa sedih atau takut, tapi juga bisa bikin risiko gangguan mental lain makin besar, seperti depresi, kecemasan, bahkan kecanduan zat berbahaya.

Untuk tahu apakah kamu atau orang terdekat mengalami PTSD, sebaiknya konsultasi dengan profesional kesehatan mental. Diagnosis biasanya melibatkan wawancara mendalam dan observasi selama sekitar satu jam.

Kadang, gejala yang muncul setelah trauma langsung dikenal sebagai acute stress disorder, dan kalau berlangsung lebih lama serta lebih berat, baru deh dokter akan menyatakan itu PTSD.

Selain PTSD, ada juga gangguan lain yang berkaitan, seperti acute stress disorder yang gejalanya mirip tapi muncul lebih cepat, atau adjustment disorder yang terjadi setelah kejadian stres berat seperti kematian orang tersayang.

So, Cantiks, PTSD itu bukan hal sepele dan jangan dianggap remeh ya. Kalau kamu merasa pernah mengalami trauma berat dan mulai merasakan gejala-gejalanya, jangan ragu untuk minta bantuan profesional.

Ingat, kamu nggak sendirian dan selalu ada jalan untuk pulih kembali!

Beri komentar, dan mulailah diskusi bersama kami
Tulisan Lainnya dari Nayla Shabrina
ARTIKEL TERKAIT