Australia akan Minta Klarifikasi AS atas Pengenaan Tarif Farmasi 200 Persen

Kamis, 10 Jul 2025, 11:59 WIB

CANBERRA, KUCANTIK.COM - Menteri Keuangan Australia, Jim Chalmerskepada radio Australian Broadcasting Corporation (ABC), Rabu (9/7),mengatakan pemerintah federal Australia berupaya meminta klarifikasi dari Amerika Serikat (AS) setelah Presiden Trump mengenakan tarif baru sebesar 200 persen terhadap produk farmasi dan 50 persen untuk tembaga.

Ia mengatakan pemerintah Australia sangat khawatir dengan ancaman Donald Trump yang akan mengenakan tarif yang lebih tinggi terhadap impor produk farmasi dan tembaga.

Ket. Foto: — Sumber: istimewa

Trump pada Selasa (8/7) waktu setempat di Washington mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan farmasi akan diberikan masa tenggang untuk memindahkan produksi mereka ke AS sebelum tarif tersebut diberlakukan.

Chalmers menuturkan bahwa kurang dari 1 persen ekspor tembaga Australia saat ini dikirim ke AS, tetapi perkembangan seputar produk farmasi jauh lebih mengkhawatirkan.

“Kami akan menindaklanjuti pengumuman dari AS semalam. Perkembangannya jelas sangat mengkhawatirkan. Kita berbicara tentang ekspor bernilai miliaran dollar ke AS untuk produk farmasi,” ujarnya.

Menurut basis data Comtrade Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), ekspor produk farmasi Australia ke AS bernilai 2,2 miliar dollar Australia atau setara 1,4 miliar dollar AS pada 2024, mewakili 44,8 persen dari total nilai ekspor produk farmasi Australia.

Pemerintah AS pada April mengidentifikasi Skema Manfaat Farmasi (Pharmaceutical Benefits Scheme/PBS) Australia sebagai keluhan perdagangan sebelum Trump mengumumkan tarif global ekstensif.

Pemerintah federal menyubsidi biaya untuk lebih dari 900 obat yang berbeda melalui PBS, yang telah dikritik oleh industri farmasi AS sebagai praktik antipersaingan.

Chalmers pada Rabu mengatakan dirinya ingin menegaskan bahwa pemerintah Australia tidak akan menukar atau membuat kesepakatan terkait PBS dalam negosiasi perdagangan.

Tiga Negara

Presiden AS, Donald Trump telah berulang kali mengklaim bahwa setiap negara ingin merundingkan kesepakatan dagang dengan pemerintahannya. Namun, selama jeda 90 hari atas tarif yang luas, AS hanya berhasil menyelesaikan perjanjian dengan tiga negara.

Pada 7 Mei, Trump mengumumkan kesepakatan dengan apa yang ia sebut sebagai “negara yang dihormati,” yang kemudian mengungkap bahwa Inggris menjadi negara pertama yang menandatangani kesepakatan dagang besar dengan AS.

Kedua dengan Tiongkok, perang dagang antara AS dan Tiongkok mereda setelah negosiasi di Jenewa pada Mei, setelah kedua negara ekonomi terbesar dunia itu mencapai kesepakatan sementara untuk menurunkan tarif timbal balik.

AS menurunkan tarif atas barang-barang Tiongkok dari 145 persen menjadi 30 persen selama 90 hari, sementara Tiongkok memangkas tarif dari 125 persen menjadi 10 persen untuk barang AS. Perundingan lanjutan kedua negara di London pada Juni menetapkan kerangka kerja untuk implementasi kesepakatan Jenewa tersebut.

Ketiga, Trump juga memberi sinyal bahwa kesepakatan signifikan juga dapat tercapai dengan India pada akhir bulan lalu, dan pada saat yang sama, kesepakatan AS-Tiongkok meredakan kekhawatiran resesi.

Redaktur: Diapari S

Penulis: Diapari S

PT. Berita Nusantara
© Copyright 2017 - 2025 Kucantik.Com ®
All rights reserved.