Revenge Quitting Lagi Ramai di Media Sosial Ini Alasan Gen Z Banyak Resign Mendadak
Rabu, 11 Jun 2025, 00:10 WIBJAKARTA, KUCANTIK.COM - Pernah lihat video seseorang curhat resign di TikTok lalu viral? Atau mungkin Cantiks sendiri diam-diam pernah kepikiran untuk âresign dengan gayaâ?
Well, kamu nggak sendiri, Cantiks. Fenomena revenge quitting makin sering berseliweran di sosial media mulai dari video pengunduran diri yang dramatis, sindiran halus ke atasan, hingga curhatan panjang tentang ketidakadilan di tempat kerja.
Satu dari enam karyawan muda mengaku pernah melakukan revenge quitting, menurut laporan global. Dan jumlah yang merasa ânyarisâ melakukan hal yang sama jauh lebih besar.
Di sinilah media sosial berperan menjadi tempat curhat, cari validasi, dan membentuk ruang aman virtual bagi yang merasa lelah secara emosional di tempat kerja.
Tapi kenapa fenomena ini muncul?
Revenge quitting bukan sekadar aksi spontan atau gaya-gayaan, ini adalah bentuk âteriakan terakhirâ dari mereka yang merasa diabaikan terlalu lama.
Dilansir dari DDI World, ini beberapa alasan kenapa orang memutuskan untuk pergi dengan gaya:
Burnout jadi alasan nomor satu. Apalagi di era remote dan digital, batas antara kerja dan kehidupan pribadi nyaris lenyap.
Gen Z sangat peduli soal work-life balance, jadi ketika tubuh dan pikiran sudah terlalu lelah, mereka nggak ragu angkat kaki.
Lalu ada juga soal pengakuan. Siapa sih yang nggak ingin dihargai? Tapi kalau kerja keras kamu cuma dianggap angin lalu, tanpa apresiasi atau peluang berkembang, rasanya jelas bikin motivasi luntur.
Banyak juga yang merasa stuck. Nggak ada ruang tumbuh, nggak ada kejelasan karier. Sementara ambisi tetap membara, arah justru mengabur.
Dan lingkungan kerja yang toxic? Itu faktor besar lainnya. Komunikasi yang buruk, atasan yang manipulatif, atau budaya kantor yang nggak sehat bisa bikin siapa pun ingin cepat pergi.
Dampak dari revenge quitting ini lebih besar dari sekadar kehilangan satu orang karyawan.
Perusahaan harus keluar biaya ekstra buat rekrutmen dan training pengganti, alur kerja bisa terganggu, tim jadi demotivasi, bahkan reputasi perusahaan bisa kena imbas kalau aksi resign viral dan publik ikut bersuara.
Jadi, apa yang bisa dilakukan perusahaan untuk mencegah ini semua?
Komunikasi terbuka jadi kunci dengan mendengarkan keluhan sebelum terlambat.
Hargai setiap kontribusi, bahkan yang kecil sekalipun. Berikan ruang untuk berkembang, dan pastikan budaya kerja yang inklusif dan suportif.
Revenge quitting bukan hanya soal "drama resign", lebih dari itu, ini menjadi alarm bahwa ada yang harus diperbaiki.Â
Gen Z bukan generasi yang suka mengeluh, tapi mereka berani angkat suara kalau sistem kerja sudah tidak memanusiakan.
Kalau perusahaan ingin bertahan di era kerja yang cepat berubah, pendekatannya juga harus ikut berubah.
Fokus pada kesejahteraan, pertumbuhan, dan komunikasi adalah investasi jangka panjang, bukan sekadar tren HR sesaat.
Redaktur: Fitrya A Kusumah
Penulis: Fitrya A Kusumah
PT. Berita Nusantara
© Copyright 2017 - 2025 Kucantik.Com ®
All rights reserved.