Misteri Kekuatan Abadi Candi Borobudur: Tanpa Semen Tapi Tetap Berdiri Gagah!

JAKARTA, KUCANTIK.COM - Siapa sangka, bangunan megah Candi Borobudur yang berdiri sejak abad ke 8 tetap kokoh hingga kini tanpa menggunakan semen sama sekali?

Ya, daya tahan luar biasa dari candi Buddha terbesar di dunia ini justru berasal dari teknik konstruksi kuno yang sangat maju, sistem interlock atau penguncian batu.

Bangunan ini sempat rusak akibat gempa dan letusan gunung berapi, namun tetap mampu bertahan berabad-abad lamanya. Keunikan lain dari Candi Borobudur adalah lokasinya yang tidak biasa, dibangun di atas bukit buatan yang dibentuk menyerupai tubuh candi itu sendiri.

Fondasinya pun dirancang cerdas, ditanam sedalam satu meter ke dalam tanah dan bertumpu di atas lapisan batu karang yang solid.

Cantiks, menurut buku Candi Indonesia: Seri Jawa karya Edi Sedyawati, Hasan Djafar dkk yang diterbitkan Kemendikbud, batu penyusun Candi Borobudur ialah batu andesit, namun dengan karakteristik yang tidak umum. 

Batu ini memiliki ketahanan unik terhadap pelapukan, dan disusun secara horizontal menggunakan ukuran yang relatif seragam, panjang 40–50 cm, lebar 30–40 cm, dan tinggi 20–25 cm.

Lebih menarik lagi, ada empat teknik utama yang digunakan untuk menyusun batu-batu tersebut tanpa perekat sama sekali.

1. Tipe Ekor Burung
Digunakan di hampir seluruh batu dinding.

2. Tipe Takikan
Ditemukan pada bagian kala, doorpel, relung, dan gerbang.

3. Tipe Alur dan Lidah
Diterapkan pada pagar langkan selasar dan ornamen makara di tangga.

4. Tipe Purus dan Lubang
Digunakan pada batu antefil dan puncak pagar.

Kombinasi teknik-teknik ini memungkinkan batu-batu saling mengunci dengan presisi tinggi, menciptakan struktur yang stabil dan tahan gempa. 

Inilah warisan teknologi arsitektur nenek moyang kita yang begitu luar biasa, jauh sebelum era modern mengenal beton dan baja.