Janji Trump Turunkan Harga Obat Sampai 80%, Tapi Apa Beneran Bisa?
Sabtu, 17 Mei 2025, 17:36 WIBJAKARTA, KUCANTIK.COM - Cantiks, kamu pasti tahu kan kalau harga obat di Amerika Serikat tuh terkenal bikin dompet meringis.
Nah, baru-baru ini, mantan Presiden AS, Donald Trump, bikin heboh lagi setelah menandatangani perintah eksekutif yang katanya bakal memotong harga obat resep sampai 80%. Tapi, apakah janji manis ini beneran bisa bikin harga obat turun drastis? Yuk, kita kupas tuntas!
Dalam pidatonya di Gedung Putih, seperti dilansir dari BBC, Trump bilang kalau orang Amerika sudah terlalu lama âmensubsidiâ kesehatan negara lain lewat harga obat yang super tinggi. Ia menyebut perintah ini sebagai salah satu kebijakan paling besar dalam sejarah AS, bahkan mengklaim harga akan turun âhampir seketika.â
Tapi, jangan langsung percaya mentah-mentah, ya Cantiks. Banyak pakar kesehatan dan pengamat pasar yang justru skeptis. Faktanya, harga saham perusahaan farmasi besar seperti Pfizer dan Eli Lilly sempat turun, tapi langsung naik lagi setelah isi kebijakan diumumkan, tanda kalau investor juga nggak yakin ini bakal berdampak nyata.
Sistem kesehatan di AS memang rumit. Nggak kayak di banyak negara maju lain yang punya sistem satu pintu dan bisa nego harga langsung ke produsen, AS bergantung pada asuransi swasta, program pemerintah kayak Medicare dan Medicaid, plus lobby industri farmasi yang super kuat. Hasilnya? Harga obat bisa dua sampai empat kali lipat dibanding Australia, Kanada, atau Prancis!
Lalu, Apa Isi Kebijakan Trump Ini?
Secara garis besar, Trump pengen AS dapet status Most Favoured Nation (MFN), alias negara dengan harga obat paling murah. Jadi, produsen obat harus menjual obat di AS dengan harga sama rendahnya seperti yang mereka tawarkan di negara lain. Kalau mereka nggak nurut, Trump ngancem akan pakai âkekuatan pemerintah federal.â Tapi⦠sayangnya, nggak jelas juga sanksinya apa.
Trump juga pengen agar konsumen bisa beli obat langsung dari produsen, tanpa perantara seperti asuransi atau pengelola manfaat farmasi. Bahkan, ia sempat membuka opsi impor obat dari luar negeri, meski kebijakan ini sebelumnya sudah mentok karena alasan keamanan dan regulasi dagang.
Menurut Prof. Alan Sager dari Universitas Boston, kemungkinan besar perusahaan farmasi bakal bilang mereka nurut, tapi sebenarnya cuma main harga diskon di atas harga list yang udah tinggi. Artinya, bisa aja ini cuma gimmick politik tanpa dampak signifikan.
Sebaliknya, industri farmasi bilang kebijakan ini bisa menghambat riset dan pengembangan obat, bahkan berpotensi membuat produsen ogah jualan di negara-negara dengan harga murah demi menjaga keuntungan di AS.
Meski banyak tanda tanya, kebijakan yang menjanjikan penurunan harga obat tentu tetap terdengar manis di telinga rakyat AS. Survei demi survei menunjukkan kalau harga obat adalah salah satu keluhan utama warga soal sistem kesehatan mereka.
Namun, apakah Trump bakal benar-benar konsisten menjalankan ini sampai tuntas? Prof. Sager menyindir, âSemua tergantung seberapa lama perhatian Trump bisa bertahan.â Ouch.
Jadi, buat Cantiks yang ngikutin isu global soal kebijakan kesehatan, jangan cepat percaya janji-janji turunkan harga obat tanpa bukti konkret. Di balik retorika politik, realitasnya sering jauh lebih kompleks.
Stay critical dan tetap jaga kesehatan, ya, Cantiks!
Redaktur: Nayla Shabrina
Penulis: Nayla Shabrina
PT. Berita Nusantara
© Copyright 2017 - 2025 Kucantik.Com ®
All rights reserved.