Lagi Cerita Sedih Malah Dibilang ‘Gak Bersyukur’, ini Namanya Toxic Positivity

Kamis, 15 Mei 2025, 05:34 WIB

JAKARTA, KUCANTIK.COM – Dalam kehidupan sehari-hari, kita seringkali mendengar ungkapan seperti “bersyukur saja,” “jangan terlalu dipikirkan,” atau “lihat sisi positifnya.” Meskipun niatnya baik, sikap ini bisa berubah menjadi sesuatu yang berbahaya jika diterapkan secara berlebihan. Fenomena ini dikenal sebagai toxic positivity atau positivisme beracun, yang bisa membuat orang merasa tidak dihargai atau bahkan salah paham saat mereka sedang mengalami masalah atau kesedihan.

Apa Itu Toxic Positivity?

Toxic positivity adalah sikap memaksakan untuk selalu berpikir dan merasa positif, bahkan saat menghadapi situasi yang sulit, menyakitkan, atau menyedihkan. Tujuannya mungkin untuk menjaga suasana tetap ceria, tetapi dampaknya bisa membuat individu merasa diabaikan, tidak didukung, atau merasa bersalah karena mengalami perasaan negatif.

Ket. Foto: — Sumber: Shutterstock

Dampak Negatif dari Toxic Positivity

1. Mengabaikan Perasaan Nyata

   Ketika seseorang sedang sedih, kecewa, atau merasa putus asa, mereka membutuhkan ruang untuk mengungkapkan perasaan tersebut. Jika mereka terus-menerus diingatkan untuk “berpikir positif,” hal ini dapat membuat mereka merasa bahwa perasaan mereka tidak valid atau tidak penting.

2. Meningkatkan Rasa Bersalah

   Orang yang merasa sedih atau mengalami masalah bisa merasa bersalah jika mereka tidak bisa “berpikir positif.” Mereka mungkin berpikir bahwa mereka tidak cukup bersyukur atau tidak cukup kuat, padahal kondisi tersebut adalah bagian dari pengalaman manusia yang normal.

3. Menghambat Proses Penyembuhan

   Menekan perasaan negatif bisa memperlambat proses penyembuhan emosional. Menghadapi dan mengungkapkan perasaan sedih atau kecewa adalah langkah penting untuk mengatasi masalah dan kembali bangkit.

Contoh Toxic Positivity dalam Kehidupan Sehari-hari

- Saat seseorang berbagi cerita sedih tentang kehilangan orang tercinta, mendapatkan respons seperti “Sudah jangan sedih, hidup harus terus berjalan” atau “Lihat sisi positifnya, kamu harus bersyukur masih punya keluarga.” 

- Ketika seseorang mengalami kegagalan dalam suatu hal, langsung disarankan untuk “berpikir positif” atau “semuanya akan baik-baik saja,” tanpa memberikan ruang untuk merasakan kecewa terlebih dahulu.

Mengatasi Toxic Positivity

Menghindari toxic positivity tidak berarti menanggapi setiap masalah dengan keputusasaan atau pesimisme. Yang penting adalah menunjukkan empati dan dukungan yang seimbang:

- Validasi Perasaan

  Beri ruang bagi orang lain untuk mengungkapkan perasaan mereka tanpa dihakimi. Katakan hal seperti, “Aku mengerti perasaanmu, itu wajar kok merasa seperti itu.”

- Berikan Dukungan yang Realistis

  Tawarkan solusi atau dorongan, tetapi juga berikan waktu dan ruang untuk mereka merasakan apa yang mereka alami.

- Jadilah Pendengar yang Baik

  Kadang yang dibutuhkan orang bukan solusi langsung, melainkan didengarkan dan dipahami.

Dengan menunjukkan empati dan dukungan yang tulus, kita bisa membantu orang lain melalui masa sulit mereka, bukan malah menuduh mereka tidak bersyukur. Jadi, mari kita ciptakan suasana yang seimbang dan penuh pengertian dalam berinteraksi dengan sesama.

Redaktur: Nuraini Andriani

Penulis: Nuraini Andriani

PT. Berita Nusantara
© Copyright 2017 - 2025 Kucantik.Com ®
All rights reserved.